Kamis, 30 Agustus 2012

BETWEEN SINCERITY AND LOVE


-Chapter 1-

         Tiupan angin menyapa tubuhku pelan, garis warna jingga cakrawala di pinggir langit membawa tanda sore telah tiba. Aku yang masih terpaku di dekat sebuah nisan yang masih baru tak peduli apakah aku harus bermalam selamanya di sini. Pikiranku masih membeku, hatiku masih menangis, mataku sangat bengkak hingga bibirku pun menjadi kering. Keegoisan menutup hampir semua logika ku hingga aku hampir gila. Terbalut dengan pakaian berwarna serba hitam, aku meracau tak karuan,

“Mengapa kau pergi secepat ini? Aku masih mencintaimu! Atau kau sudah hilang rasa hingga tega membuatku pilu seperti ini?”

Entahlah tanggapan para pelayat yang berangsur-angsur menghilangkan diri. Aku sama sekali tidak peduli. Yang ku mau sekarang hanyalah orang yang tidur ini kembali bangkit menemani hariku yang sepi. Setiap menit, perasaanku berubah-ubah. Kadang sedih kadang pula aku merasa kesal. Aku belum bisa menerima keputusan Tuhan. Aku belum siap sehingga emosi ku pun masih mengambang.

“Aku sadar, belakangan ini aku jarang memberi perhatian padamu. Namun bisakah kau beri aku kesempatan kembali? Ku mohon bangunlah, walau hanya sebentar. Aku masih ingin memeluk jasad mu yang hidup. Ku mohon bangunlah! BANGUNLAH! BANGUNLAH!” teriakku.

“Setelah itu, kau boleh kembali ke dalam tidur panjangmu, Brad!” lanjutku kembali terisak.

     Pria yang kutangisi, bernama Bradey Naomhan, seorang asli Ireland. Kami saling menyukai sejak berusia remaja dan pada saat itulah aku resmi menjadi kekasihnya hingga aku mulai memasuki masa dewasa. Aku menyukainya juga menyukai namanya. Bradey Naomhan, dalam bahasa Ireland berarti ‘Semangat Suci’. Kepribadiannya pun membuat aku terkagum. Dia seorang yang optimis dan pantang menyerah, hingga akupun tertular virus semangatnya. Namun kematian nya sekarang berawal dari kami yang mulai memenangkan ego sendiri.


 * SKIP *           


            --- December 26th 2012. Sligeach, Sligo, Ireland---
     
     “Kita sudah sama-sama dewasa dan kau sebagai lelaki seharusnya bisa memberiku keluasan dalam bergerak!” Kesalku.
Prangggg! Brad melempar vas bunga hingga menembus jendela apartemenku. Aku menutup telingan sambil menahan air mata.
“Ku kira dewasa akan mengubah sikap pilih kasihmu, ternyata makin menjadi! Aku sudah muak dengan kesabaranku sendiri. Aku menyesal telah mencintaimu! Hubungan kita berakhir dan jangan pernah mendatangiku kembali!”

Braak! Brad menghentak pintu dan menancap gas mobil jeep nya dengan kencang.
“Braaad! Tunggu! Aku masih…….. masih mencintaimu..”
Aku terduduk di lantai dengan rambut berantakan. Bayangkan, selesai mengurus tesis di siang bolong dan pulangnya harus menghadapi kekasih yang salah mengerti. Bukannya aku tidak mau lagi memberi hari lebih banyak pada Brad, namun target kelulusan harus ku kejar dan otomatis hanya bersisa sedikit waktu kami untuk bersama. Sedangkan waktu untuk mengurus diriku sendiri saja harus mencuri-curi.

     Aku diam membeku, tak percaya dengan apa yang diucapkan Brad tadi. Aku benar-benar merasa bersalah atas semua ini. Karena ku, hubungan kami berantakan. Dan yang ku khawatirkan, Brad akan melakukan suatu hal yang nekat karena tidak mampu menahan emosinya. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Hingga malam tiba, belum ada satu kabar pun dari Brad. Ku rasa dia masih benar-benar kesal dan memutuskan komunikasi padaku. Perasaanku masih kacau, lebih kacau dari yang sebelumnya. Feeling ku merasa sedikit buruk. Aku segera meraih handphone dan menghubungi Brad. Percuma, nomornya sibuk.

“Maafkan aku, Brad. Aku masih menyukaimu.” Aku mengela nafas dan mengambil handuk untuk segera menyegarkan diri.

     Pukul 21.15

     Ting tong! Seseorang menekan bel apartemenku. Dengan cepat segera kuletakkan hair dryer dan membuka pintu.
“Cepatlah ke rumah sakit! Dia sedang sekarat!” Ucap pria setengah baya itu yang ternyata kakaknya Brad. Urat di wajahnya menunjukkan dia sangat cemas. Dengan ragu-ragu aku melangkah mengambil kunci apartemen dan menuju mobil nya.

“Brad?!” aku kaget setengah berteriak. Aku menutup wajah sambil memeluk ibu nya Brad. Tampak dari aroma tubuh Brad, dia meneguk alkohol hingga membuatnya sangat mabuk.
“Apa yang terjadi dengannya?” aku bertanya pada orang-orang di ruang kamar. Sepertinya tidak ada yang sanggup untuk membeberkan kejadian aslinya. Tapi, seorang lelaki tua membuka mulut,
“Dia mengendarai mobil dengan kondisi mabuk berat hingga menabrak trotoar jalan. Waktu itu aku sedang menjaga kedai tepat di depan kejadian. Akulah yang menolongnya pertama kali dan membawanya ke sini. Dengan bantuan polisi, keluarganya dapat diberitahu. Memang kau siapa?”
Deg! Aku tak mampu menjawab.
“Aku… aku mantan kekasihnya.”
Hingga malam semakin larut dan akhirnya Brad menghembuskan nafas terakhirnya dan membuat kami semua menangis hingga sampai pemakaman.
---SKIP---                                             

     Aku menggaruk dan memukul-mukul tanah yang subur itu hampir berantakan. Tanganku mulai mendekati nisan dan berniat merusaknya.

“Bisakah kau hentikan sikap burukmu itu?” seorang lelaki di belakang memergoki ku. Dia melepas kacamata hitam yang sedang dipakainya dan berjalan mendekatiku. Aku mencium aroma parfum yang begitu segar dari tubuhnya.

“Makam siapa? Ayahmu? Ibumu? Atau….”
“Kekasihku. Tepatnya mantan kekasihku.” Potongku cepat.
“Oh, maaf. Aku tidak bermaksud untuk….”
“Tak apa, maaf aku harus segera pergi. Sudah hampir malam dan rumahku sangat jauh dari sini.”
Aku mengambil tas dan pamit pada lelaki yang tak kukenal itu. sebelum beranjak, aku membisikkan kata-kata di sebelah nisan Brad,
“Besok aku akan kembali ke sini, sayang. Tenanglah di sana, aku takkan meninggalkanmu.”

     Sudah hampir setengah jam aku menunggu sebuah tumpangan, namun tak kunjung datang. Aku hampir putus asa. Jika sudah seperti ini, biasanya Brad selalu siap untuk menjemputku tak melihat jarak yang mungkin cukup jauh. Walau sudah seperti ini, keluarga Brad masih bersikap baik padaku layaknya saat kami masih menjalin hubungan. Aku ingin meminta pertolongan Nolen, kakaknya Brad. Namun kuurungkan niat karena akan sangat merepotkan.

“Tidak baik seorang wanita sendirian di malam hari. Mari kuantar.” Tawar seseorang. Aku tersentak, ternyata lelaki berkacamata hitam itu masih mengawasi ku di sini. Padahal sudah sangat lama aku berdiri. Demi keselamatanku juga, aku mengangguk dan menerima niat baiknya itu. Di dalam mobil, kami saling berdiam diri dan menatap ke arah depan. Beberapa menit kemudian, lelaki itu membuka percakapan,

“Sudah berapa lama kau di tempat tadi?” tanyanya menyelidiki. Aku berpikir sambil menghitung putaran jam di arloji.
“Ku rasa hampir tiga jam.” Jawabku. Dia terlihat kaget.
“Kau wanita yang tegar. Masih tetap setia walau dia sudah berbeda tempat dengan mu.”
Yang ada dalam pikiranku adalah tanggapannya tentang diriku tadi adalah salah. Aku bukan wanita yang tegar dan setia, buktinya aku masih keras kepala untuk mengikhlaskan Brad. Ketika aku melihat lelaki itu dari arah samping, tiba-tiba aku seperti melihat wajah Brad. Aku menatapnya, seolah melepas rasa rindu yang mendalam pada Brad.

“Brad?” sontak aku mengeluarkan kata-kata itu dengan sedikit gemetar. Lelaki itu melihat ke arahku.
“Brad? Siapa? Mengapa kau menatapku seperti itu? Ada yang aneh?”
Astaga, Tuhan, dia mirip sekali dengan Brad. Hidungnya, bibirnya, dan gaya rambutnya mengingatkanku pada masa lalu bersama Brad.
“Oh maaf, tiba-tiba aku kepikiran Brad. Dia kekasihku yang meninggal itu.”
Lantas lelaki hanya tersenyum dan menancap gas mobil lebih cepat.

     Akhirnya, aku menginjakkan kaki di apartemen ini. Mungkin jika tidak ada lelaki itu, ucapan ku untuk bermalam di pemakaman akan menjadi kenyataan.
“Terimakasih atas pertolonganmu, semoga Tuhan membalasnya.”
Aku tersenyum padanya sambil melambaikan tangan. Dia hanya membalas senyumanku dan membunyikan klakson.

“Kenapa senyumnya terasa berbeda di hatiku? Ah, menghayal saja kau Eilinora Muireaan!” rutukku dalam hati.

To Be continue...... 

4 komentar:

  1. kata katanya frontal 'n keren kk \(ˇ▼ˇ)/

    BalasHapus
  2. D tnggu klnjutanya ya dek...
    Oya dek ntar ada Mark ga...?

    *OVER teamfeehily

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke kak, :) ada dong, westlife kan masukkk :D

      Hapus