Senin, 16 Juli 2012

Puzzle Of My Heart *Part 2*


#2

   “Alamat rumah mu di mana?” Tanya nya pada ku tanpa menoleh sedikitpun. Sepertinya sangat serius memperhatikan jalan. Ya iyalah, kalau nabrak gimana??? Yang ada berabe! -_-
“Di O’Connel Street, nomor 8b.” Jawabku sambil memperhatikan layar hp.
“Bisakah menolongku memberitahu jam berapa sekarang?” tanyanya kembali dengan posisi tidak berubah. Aku merasa, dia berbicara pada kaca mobil di depannya. “Tepat pukul 6 sore.” Jawabku datar. Selama di dalam mobil, aku hanya menghabiskan waktu mengoceh dalam hati. Apa tidak, sedari tadi dia nya diam saja. Seperti robot yang sedang dehidrasi di kutub utara. Mana AC mobilnya sangat dingin lagi! Setelah beberapa menit, kulihat dia ingin membuka mulut. Aku kira ingin mencairkan suasana, ternyata………… malah MENGUAP! Ya Tuhaaann!!

   “Ehm, nama mu siapa? Apa tidak kenal dengan wajahku, heh?” Tanya nya tiba-tiba membuatku yang menahan kantuk menjadi terkejut. “Aku, ehhmm, Chisela Misery. Cukup panggil Chisel. Bertemu denganmu saja tidak pernah. Bagaimana bisa kenal!” ucapku sedikit linglung mencoba menebak apa maksud perkataanya tadi.
“Oooh, Chisel. Baiklah, jika memang benar-benar tidak mengenalku, namaku…………” tiba-tiba Hpnya berdering. Sepertinya ada pesan masuk yang membuatnya menghentikan pembicaraan sejenak.
#via Message
From: Bryan
  Hei, elo ke mana aja sih? Gue abis dari rumah lo nih! Sepi amat kayak kuburan! Si Mark ngajakin ketemuan tuh di Carlton Café. Pokoknya, lo harus datang sebelum jam 7. thanks.

“Ehh, sorry Shel, aku harus buru-buru nih. Ada acara lagi. Rumah mu di mana tadi? Oh iya iya, di situ, aku ingat!” sergah nya seperti orang labil. Aku hanya mengernyitkan kening mencoba mencerna kata-katanya tadi.
“ Oh iya, sekarang siapin kantong plastik aja deh, siapa tau aja butuh. Pakai sabuk pengaman juga ya.” Ucapnya kembali.
“Ini orang kenapa sih? Dari tadi kayak orang labil.” Kesalku dalam hati.

   Ternyata benar apa yang dibilangnya tadi, sekarang aku terkapar mirip ikan terdampar. Beruntung, aku tidak mengeluarkan isi perut alias muntah gara-gara dia ngebut! So crazyyyyyyyyyy!!! Kecepatannya nyaris mencapai 160 km/jam! “Bisa kah tanpa ngebut???” teriakku sangat panik. “
“Sorry, aku punya janji sebelum jam 7. jadi, sangat terpaksa harus begini.” Katanya datar.
***
   Aku menghela napas, mencoba kembali menghirup oksigen. Keadaan ku agak drop, gara-gara tadi. Sebelum turun, aku mengucapkan terimakasih padanya sambil mencoba tersenyum tipis.
“You’re welcome. Maaf, jika tadi membuatmu takut dan pusing. Tapi waktuku mepet banget! Oke, aku langsung balik ya. Bye.” Sahutnya bernada minta maaf atas kejadian tadi. Di depan pintu gerbang, terlihat daddy berdiri seperti pak satpam penjaga rumahku. Masih terlihat rapi memakai jas kantornya pertanda mungkin daddy juga baru balik.
“Hei, dear. Maaf ya, dad benar-benar tidak bisa jemput kamu. Oh iya, tadi dad lihat kamu diantar ya? Sama siapa?” pertanyaan dad menggantung membuatku terdiam sejenak. Oh iya, aku tidak tahu siapa nama orang itu!
“It’s okay dad. Tadi kakak kelas yang nganterin aku. Cuma lupa siapa namanya.” Aku menjawab sambil cengar-cengir.
“Dad, aku lelah sekali. Aku duluan masuk ya dad. Good nite.” Ucapku meninggalkan daddy yang berbalik arah menuju garasi mobil.
***
@Carlton Café

   Di barisan meja nomor lima berbentuk bundar, sudah ada Nicky, Mark, dan Bryan yang sedang menunggu satu orang teman mereka lagi. Sekitar sepuluh menit kemudian, tiba-tiba muncul seseorang mengenakan baju kasual dan topi berwarna biru tua.
“Ini dia orangnya. Dari tadi ditunggu akhirnya muncul juga. Dari mana aja sih lo, Shane?” cerocos Bryan mirip emak-emak yang keilangan anak -_-
“Ya elah, c’mon Bry, santai aja. Lo juga baru nyampe. Cuma dua menit lebih dulu.” Sergah Nicky disambut cekikikan Mark. Bryan hanya memanyunkan bibirnya seolah tidak terima apa yang dibilang Nicky.
“Sorry, guys! Tadi abis nganterin seseorang. Jadi agak telat. Untung rumahnya gak terlalu jauh dari sini.” Ucap Shane sambil duduk.
“Seseorang atau gebetan baru?? Wkwkwk” goda Mark yang membuat Shane salah tingkah. “Sok tau, lo Mark!” bela Shane mencoba memperbaiki sikapnya. “Emang ada apaan sih? Sepertinya penting banget?” lanjut Shane. “Gak terlalu penting sih, Cuma pengen ngumpul-ngumpul aja. Gue kangen saat-saat seperti ini.” Jelas Mark mulai puitis. Shane memalingkan wajahnya menghadap Bryan. “Sorry, bro! Gue cuma iseng doang.” Sahut Bryan dengan muka jail. “Ya Tuhaaan.. parah lu Bry! Seenggaknya gue enggak harus negbut sampai-sampai buat anak orang jantungan.” Sesal Shane mengingat kejadian lalu. “Emang, negbut sampai kecepatan berapa?” Tanya Nicky yang mulai tertarik dengan ucapan Shane tadi.
“ehmm, nyaris 160 km/jam.”
Mark yang sedang minum cappuccino late hampir tersedak mendengarnya. “Apa? 160?? Amazing ! Kalau gue sih palingan udah muntah. Hebat banget itu orang yang lo anter.”
“Iya, cuma gue kasian aja. Tadi mukanya pucat banget.” Sesal Shane, mendalam.
Setelah melewati satu jam melepas rasa rindu bersama, Shane yang sedari tadi risau izin pamit.
“Guys, gue balik duluan ya. Capek nih, besok ada pelajaran IPU lagi!” ucap Shane yang dari kecil memang gak suka pelajaran IPU. “Oke, perlu gue anter gak? Sekalian nebus kesalahn gue tadi.” Tawar Bryan yang mulai merasa bersalah. Memang sih, dia itu jarang banget jailin Shane. Jadi, agak gimana gitu. “Gak papa kok, Bry. Cuma gue gak mau ini terulang lagi. Intinya kasian yang gue anter tadi.” Sahut Shane ramah.
“Tunggu! Yang lo anter cewek apa cowok???” Tanya Nicky.
“Cewek.”
“Ya udah, gue balik ya. Nite, guys!” Shane berjalan agak lunglai. Sebenarnya dia tidak lelah, hanya kepikiran tentang si cewek tadi yang dia antarin. Soalnya, Shane jarang banget ngebut seperti tadi.
“Semoga besok gue ketemu Chisel.” Harap Shane dalam hati.
***

Nah, sudah tau kan siapa yang ngaterin Chisel? Sekarang, Shane nya yang galau gara-gara Bryan tadi. -_-“ Terus, apa sih yang mau dilakukan Shane esoknya sampai-sampai berharap bakal ketemu Chisel?
Ikutin aja ya cerita selanjutnya, Part 3 menyusuuuuuuuuuuul ;)

Thanks Before, Bella.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar