#3 First Love
Pagi ini, aku resmi
menjadi siswa berseragam putih abu-abu. Dengan diawali pelantikan siswa baru
oleh kepala sekolah, yaitu Mr. Jay yang berwibawa. Pembagian kelas sudah
dimulai, senangnya, aku dan Nicole berada dalam satu kelas.
“Waah, emang cocok ya! Sehati, atuh! Dapat kelas yang
samaan.” Ucap Nicole, gembira. Aku dan dia mendapat kelas X.A. Dengan wali
kelas bernama Mrs. Georgina Ahern. Seorang wanita yang cantik, tinggi, pokoknya
cucok deh! Jadi, buat para siswa asuhnya, ada rasa bangga lah punya wali kelas mirip Lindsay Lohan, wkwkwkw :D Hari ini,
diawali dengan pelajaran yang sangat aku sukai! Apalagi kalau bukan
F-I-S-I-K-A! Namun sebaliknya yang terjadi pada Nicole. Dia hanya menopang
dagunya di atas telapak tangan seolah tidak siap menerima pelajaran -_-“
Maklum, dia agak anti dengan yang namanya hitung-hitungan. Asyiknya, pelajaran
ini dibimbing dengan seorang guru yang keren abislah! Dan salah satu penyebab
yang membuat Nicole sedikit bersemangat. *wajarABG* -_-
“Good morning,
everyone!” sahut Mr.Rocco. Dia membawa lima
tumpuk buku yang lumayan tebal. Nicole yang melihatnya, hampir pingsan.
“Sepertinya keren tuh buku.” Sahutku, tertarik dengan buku
yang dibawa Mr. Rocco.
“Keren? Apanya yang keren, Shel? Sadar gak sih?” ucap Nicole
seolah tak percaya apa yang kukatakan barusan.
“Suer deh, pasti buku dari perpustakaan Negara tuh!” ucapku
ngasal.
“Sok tau, ah!” Nicole mulai jengkel. Namun tiba-tiba dia
diam. Aku terheran kok tiba-tiba ini anak jadi diam seperti kena kutukan malin
kundang. *abaikan.
Kuperhatikan sorot matanya. Dan menuju………………… ke seseorang
di depan pintu kelas. “Exusme, sir. Maaf mengganggu. Anda dipanggil Mr.Jay ke
ruangannya. Ada
perlu sebentar.” Ucap orang itu. Mr. Rocco hanya menghela napas seperti kurang
yakin untuk melangkah keluar. Apa tidak, boro-boro pelajaran dimulai, ngabsen
aja belum!
“Baiklah, saya akan segera ke sana .”
“Nicole! Nicole! Hei ! can you hear me??” panggilku sambil
melambaikan tangan di depan wajahnya. Tapi Nicole hanya senyum-senyum tak
karuan seperti yang ada di RSJ sana .
–-“
“Nicooooleee! Niccooollee!” panggilku sekali lagi. Namun apa
yang terjadi? Sampai Mr.Rocco pamit keluar sebentar pun dia masih tak sadar!
***
“Ke kantin yuk!”
ajakku pada Nicole. Dia menyambut dengan anggukan kepala masih dengan senyum
yang sama seperti tadi di kelas.
“Nicole, kamu kenapa sih? Tidak sedang sakit kan ?” tanyaku sedikit
heran melihatnya.
“Enggak kok. Aku gak apa-apa.” Jawabnya datar. Pesanan kami
sudah tiba. Aku hanya memesan fried rice with cheese. Sedangkan Nicole hanya
guava fruit saja. “Beneran nih gak apa-apa? Atau nanti ke UKS aja.” Tanyaku
kurang yakin. Nicole itu aneh! Dia sih memang murah senyum, Cuma kali ini beda!
“Aku kan
gak sakit, Shel.” Jawabnya. “Iya sih, Cuma hari ini kamu aneh semenjak…………”
perkataan ku terpotong gara-gara Nicole semakin melebarkan senyumannya. Tatapan
matanya beralih ke arah seberang kantin tertuju pada segerombolan cowok, yang
menurutku itu senior kami.
“Nicole!! Kamu kenapa sih????????” teriakku kesal. Aku mulai
tidak mood lagi untuk melanjutkan makan.
“Kamu mau tau kan
kenapa aku jadi seperti ini?” ucapnya, menggantung. Lalu, dia menunjuk ke arah
gerombolan tadi yang sedang duduk tidak jauh dari tempat aku dan Nicole berada.
“Haa?? Itu kan ………”
“Iya, itu tuh, yang lagi ngelawak.” Tunjukknya membuatku
terkaget. Oh my God! Maybe, she’s falling in love with him??
***
“Nick, lo pesan
apa?” Tanya Mark sambil membenarkan posisi duduknya. “Gue pesan omelete aja
deh.” Jawab Nicky. “Kalau kalian?” Tanya Mark kembali kepada Bryan dan Shane. “Gue pesan sandwich.” Jawab
Bryan “Gue pesan minum aja. Apple juice.” Sahut Shane yang sedang fokus pada
buku di tangannya.
“Yailah, rajin amat lo Shane. Makan ya makan dulu, bro!
bacanya baru dilanjutin nanti.” Nasihat Nicky disambut anggukan Bryan dan Mark.
“Oke, thanks advicenya” Shane menutup bukunya.
***
“Eh, Shane, elo
jadi ketemu Chi.. Chi… Siapa tuh?” Bryan
mencoba mengingat. “Chisel?” jawab Shane.
“O iya, Chisel! Udah ketemu blum?”
“Belum. Lagian gue juga enggak tau kelasnya.”
“Yah, masalah itu mah gampang! Gue bisa Bantu kok. Emang elo
mau ngapain sih sama dia?” Tanya Bryan, penasaran.
“Minimal, gue Cuma mau bilang maaf aja atas kejadian
semalam. Gue enggak enak aja sama daddy nya. Daddy dia temen bokap gue.”
“Haa?? Serius lo? Kok lo bisa gak kenal ama tuh anak
sebelumnya?” kini Nicky yang bertanya. Sedangkan Mark hanya asyik mendengarkan
ocehan temannya itu. Shane hanya menggerakkan pundaknya pertanda tidak tahu.
“Gue emang gak kenal sama dia.” Ucap Shane, datar.
“Eh, Lads, balik ke kelas yuk! Siapa tau, Mrs. Marry udah
nunggu di depan kelas. Bisa-bisa kita diterkam lagi.” Peringat Mark membuat Bryan tertawa
terbahak-bahak. -_-“
***
“Bry, bantuin gue
dong.” Pinta Shane.
“Bantuin apaan? Wani piro dulu!” canda Bryan sambil membuka bungkusan permen lollipop.
Shane hanya menggembungkan pipinya.
“Iya,iya. Emang minta tolong apaan?” ucap Bryan sebelum Shane ngambek. Ckckck :3
“Cariin kelas Chisel dong. Dari kemarin gue kepikiran dia
terus.” Perkataan Shane mengundang godaan Bryan .
“Ciye ciye… yang lagi ehem ehem sama adik kelasnya.” Tiba-tiba wajah Shane
menjadi merah padam. “Santai, aja kali bro! wajar kalau elo seperti itu. Whehehehe…”
ucap Bryan .
“Yaudah, sekarang gue cari kelas dia dulu. Nama nya siapa?? Gue
lupa.” Tanya Bryan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Chisela Misery. Gue rasa dia masuk kelas unggulan deh. Soalnya
bokap gue pernah cerita tentang anaknya Mr.Kian yang katanya sekolah di sini
juga. Gue rasa itu Chisel.” Jelas Shane.
“Nah, tu lo tau. Kenapa enggak lo aja sekalian yang cari. Hitung-hitung
PDKT lah..”
“Malu ah!” sergah Shane.
“Tuhkan, gimana lo mau dapat gebetan kalau sifat malu lo
belum hilang?? Malu sih emang wajib. Cuma kan ada tempatnya juga.”
“Tumben nih Bryan
otakknya lancar.” Ucap Shane dalam hati. “Oke, gue capcus yaa… Kalau ketemu,
gue kabarin!” Bryan
berlari ke arah barat melewati kantor guru.
“Chisela Misery…”
ucap Bry dalam hati. “Gue ke kelas X.A. dulu ah!” lanjutnya sambil mengingat
apa yang dibilang Shane tadi. Kebetulan, kelas X.A berada di pembelokkan
koridor. Bryan
yang sedang jalan sambil menatap hp nya tidak fokus melihat ke depan.
“Brukkk!” “Yah,
buku ku jatuh lagi! Mana berat banget. Padahal harus dibawa ke ruang guru yang
jauhnya sampai nembus langit tujuh!” keluhku merana. Bayangkan pemirsah, buku
itu setebal jaket wol yang dipakai musim dingin. *ngawur
“Eh, sorry. Gue gak sengaja. Once again sorry ya!” ucap
seseorang meminta maaf di depanku. Aku tercengang mendengarnya. Sepertinya aku
kenal suara ini. Serak-serak gimana gitu. Aku mendongak ke atas mencoba melihat
siapa yang menabrakku. Ingin sekali aku melemparkan buku-buku ini padanya. Habisnya,
udah gak tahan pegelnya.
“Hah, elo?!” ucapnya setengah kaget. Aku berusaha untuk
mengibaskan poni agar dapat melihatnya. Ternyata……… O mai God! Seniorku yang
garang mendadak seperti malaikat kesasar. Itu kan Bryan McFadden ><”
“Sorry ya, gue gak ngeliat ke depan tadi. Sini gue Bantu.” Cesss…
rasanya itu kayak mimpi dengar dia bicara selembut itu. Ternyata apresiasiku
kepadanya selama ini, salah! Menurutku Bryan anak yang baik. Buktinya dia
langsung buru-buru beresin bukuku yang berserakan di lantai. “Uhh, syukurlah. Akhirnya
tangan ku enggak kebas lagi.” Ucapku lega.
“Thanks ya,
bantuannya.” Ucapku berterima kasih padanya. Bryan hanya tersenyum seolah sedang puasa
berbicara.
“Chiseeeeeeeeeeeeeeel!” teriak seseorang dari arah belakang.
Aku menoleh mencari asal suara itu. Ternyata Nicole. Dia melambaikan tangan
sambil berlari kecil ke arah kami.
“Chisel?” Bryan
refleks seolah tidak percaya. Aku hanya mengangguk.
“Hei, Shel. Ke mana aja sih? Dari tadi aku cariin tau!” cerocos
Nicole. Tiba-tiba dia terkaget melihat Bryan
disampingku. “Haah? Bryan ?
Ngapain di sini?”
“Gue abis bantuin temen lo nih.” Jawab Bryan.
“O iya, kenalin aku Chisela Misery. Just Chisel. Ini Nicole.”
Aku mengenalkan diri dan Nicole. Namun apa yang terjadi, Nicole hanya menatap Bryan tanpa berkedip! X_x
“Gue………” belum sempat Bryan
melanjutkan, Nicole sudah memotong. “Bryan McFadden kan ?” “Iya.” Sambutnya ramah. “Husssh! Ayo balik
ke kelas, Cole. Sekarang pelajaran Kimia kan ?”
ajakku pada Nicole. Nicole hanya mengangguk seolah tidak ingin beranjak dari
tempatnya berdiri. “Bry, aku pergi duluan ya. Takut telat.” Pamitku sambil
menggandeng Nicole yang melambaikan tangannya pada Bryan sambil tersenyum semanis mungkin. “Once
again, thanks bantuannya.” Aku dan Nicole berbalik arah menuju kelas. Beberapa saat
kemudian, Bryan
juga beralih menuju ke kelasnya sambil berkata, “Jadi, dia yang namanya Chisela
Misery. Beautiful girl! Pantesan Shane jadi kepincut, gue aja……” Bryan mulai ngawur.
***
Di kelas, Mark dan
Nicky sedang asyik bercanda berdua, sedangkan Shane masih fokus membaca buku
yang ada di tangannya. Tiba-tiba, datang Bryan
dengan agak aneh yang membuat Nicky mengernyitkan kening.
“Mark, Shane, liat deh. Bryan kenapa sih? Gue takut dia kesambet
apa-apa gitu.”
“Bry, lo kenapa? Abis nyium tembok ya?” Tanya Mark setengah
bercanda.
“Oh iya, Bry, gimana, udah ketemu kelasnya?” Shane menutup
bukunya sambil menatap temannya itu. Namun, Bryan hanya tersenyum sambil duduk di
kursinya. Dia mengabaikan pertanyaan Mark dan juga Shane.
“Oke, guys! Biarin aja dulu dia menghayal. Siapa tau, nanti
segera sadar.” Kata Nicky sambil menggelengkan kepalanya. Shane sedikit curiga
dengan kelakuan Bryan
itu, namun apa boleh buat, dia kembali membaca bukunya dan duduk ke posisi
semula dengan hati sedikit mengganjal.
***
Jeng jeng
jengggg!!! Wah wah, ada apa tuh dengan Bryan ??
Kok tiba-tiba seperti orang mabuk ya?? -_-“ terus, apakah dia akan memberi tahu
Shane tentang kebrhasilannya menemukan seorang Chisela Misery? Dan sebenarnya
apa sih yang ada dalam fikiran Nicole jika bertemu Bryan ?
Mau tau kelanjutannya, Part 4 menyusuuuul… Bubaaay! ;)
Thanks before, Bella.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar