#4
Seperti biasa,
siang itu, Nicky, Mark, Shane dan Bryan
kumpul di markas mereka.
@Carlton Café
Mark terlihat agak lesu seperti biasanya. Seperti kehilangan
cahaya hidup yang hilang entah kemana. “Mark, are you okay?” Tanya Nicky yang
mengundang perhatian Bryan
dan Shane. “Yeah, sedikit buruk, Nick. But, I’am okay.” Mark mencoba
mengalihkan perhatian teman-temannya agar tidak khawatir. Sebenarnya dia tidak
sakit, namun………
“Kenapa gue jomblo mulu ya? Padahal wajah gue kan ngalahin Tom
Cruise.” Ucap Mark dalam hati. -_-“ Shane yang dari tadi ngotak-atik Iphone
nya, terlihat sedikit gersah tak beralasan. Namun lain dengan Bryan , dia terlihat seperti orang yang lagi
kasmaran. :O
“Lads, kalian kenapa sih? Aneh tau gak! Hari ini kalian
seperti alien yang mencoba beradaptasi!” Kesal Nicky. Bersamaan, Mark, Bryan dan Shane menatap
Nicky. “Tuh kan ,
ngeliatin gue aja sampai segitunya. Gue tau gue emang ganteng, tapi jangan
segitunya juga kali.” Nicky mulai Pede mode ON!
“Gue bete ah, kalau begini terus. Gue mau pulang aja!”
ngambeknya.
Mark, Shane dan Bryan
dengan cepat berdiri mencoba mencegah Nicky.
“Okay, adilnya, kita sharing aja deh sekarang. Lo duluan aja
Mark.” Nasihat Shane yang berhasil membuat Nicky kembali duduk dengan sedikit
mendumel.
Wajah Mark terlihat
pasrah. Mungkin apa yang dibilang Shane benar. Dia mempunyai teman untuk
berbagi. “Baiklah, sebenarnya gue engga sakit. Cuma………” Kata-kata Mark yang
menggantung membuat teman-temannya penasaran. “To the point aja Mark.” Tegas
Nicky.
“Cuma, gue udah bosen jomblo terus. Lo pada tau kan, gue ini
keren. Tapi gak ada yang berani deketin gue.” Lanjut Mark. Nicky dan Shane
hanya garuk-garuk kepala mencoba mencari solusi. Sedangkan Bryan hanya
tersenyum tak karuan.
“Ehmm, Mark, gue Cuma mau ngingetin aja. Lo pernah dekat
sama perempuan gak?” Tanya Nicky. Mark hanya menganggukkan kepala.
“SAMA SIAPA???????” tiba-tiba Bryan nanya sambil ngotot. –-“
“Santai, Bry!” ucap Shane. Tapi Mark semakin menundukkan
kepalanya. Seolah tidak ingin mengingat kembali masa lalunya. “Pernah, Cuma
sekali. Cuma enggak sampai jadian. Namanya Calmond Grumbly. Gue cinta banget
sama dia. Sayangnya dia cuek jutek bebek, jadi gue enggak berani shoot deh.”
Teter Mark. Bryan hampir jungkir balik gara-gara nahan ketawa. “Katanya lo
gentle Mark?! Masa gitu aja enggak berani! Kenapa dulu lo engga minta bantuan
gue aja. Kali aja kesampaian.” Ucap Bryan. “Gimana mau minta bantuan, lo nya
aja sibuk ngejar si Catherine!” jengkel Mark. Bryan hanya nyengir mengingat
kejadian dia ditolak si Cat gara-gara nembak pake bunga layu. xD
“Mark, coba lo buka
hati lo lagi buat yang lain. Kali aja, ada yang suka sama lo. Tapi karena elo
nya juga tertutup jadinya yang tadinya suka jadi mendam perasaanya sendiri.”
Nasihat Shane. “Dan penyebab lain, mungkin lo masih cinta banget sama si
Grumble itu. Jadi susah untuk nyari yang lain.” Timpal Nicky. Mark terdiam
mendengar nasihat kedua temannya itu. Sedangkan Bryan menyodorkannya se-cup ice
cream. “Thanks, Bry.” Ucap Mark. Lagi-lagi Bryan hanya tersenyum. “Oke, gue
sadar hati gue masih untuk Grumble. Gue aka coba untuk yang lain. Thanks
advicenya, guys!” Mark mulai tersenyum. “Nih, minum dulu.” Ucap Bryan pada
Shane dan Nicky.
“Nah, kalau elo
sendiri gimana Shane?” sebaliknya Mark yang bertanya. Shane hanya diam seperti
berpikir. Ketiga temannya menunggu karena mereka tau, Shane orangnya pendiam.
Jadi agak susah buat sharing masalahnya. “Baik, jujur aja. maaf Bry. Gue
sebenarnya bete nunggu kabar elo dari kemarin.”
Mata Mark dan Nicky tertuju pada Bryan. “Oke oke, gue
kelupaan ngasih tau lo Shane. Untung keinget sekarang.” Bryan meminta maaf pada
Shane sebelum diterkam Mark dan Nicky. “Sebenarnya, gue udah ketemu kelas
Chisel. Dia memang masuk kelas unggulan. Kelas X.A.” Bryan memberitahu Shane
dengan agak berat hati. Entah kenapa perasaannya tidak ikhlas.
“C’mon, Bry. Elo kenapa sih? Ini kan memang permintaan Shane
yang udah lo sanggupin.” Tanya Bryan pada dirinya sendiri.
“Oke, masalah Shane clear. Elo lagi Bry.” Nicky
mepersilahkan Bryan untuk bercerita.
“Let me guess.
Pasti elo lagi kasmaran kan?? Jujur aja deh.” Tebak Mark yang membuat wajah
Bryan merah padam. Shane mengernyitkan keningnya. Sepertinya dia curiga dengan
Bryan. “Hehehe, sok tau ah lo Mark.” Sergah Bryan. “Jujur aja deh. Lagian
enggak ada yang marahkan kalau lo emang lagi falling in love?” goda Mark. Bryan
memberanikan diri menatap Shane. Namun sepertinya ada yang aneh.
***
@Book Store
“Aku cari buku
fisika dulu yaaa..” aku memisahkan diri dengan Nicole yang sedang asyik membaca
novel. Nicole hanya mengangguk lalu melanjutkan bacanya kembali. Setelah
menemukan buku yang kucari, aku kembali menuju tempat semula di mana Nicole
barada. “Gimana, udah ketemu?” Tanya Nicole. “Udah. Kamu?” aku kembali
bertanya. “Udah juga. Yaudah, langsung ke kasir aja yuk. Udah mendung juga, mom
sudah nunggu di luar.” Ajak Nicole.
“Pulang bareng
yuk?” ajak Nicole. “Sebenarnya sih aku mau, hanya saja, aku harus mebeli
sesuatu yang lain.” Ucapku. “Yahh, maaf deh aku gak bisa nemenin kamu lagi.
Setelah ini ada jadwal les balet, makanya mom jemput sekarang. Kamu gak papa
kan sendirian?” Nicole mencoba memastikan.
“Gak apa-apa kok. Kamu pulang aja duluan. Nanti telat lagi.”
Aku mencoba tersenyum. Nicole segera masuk ke mobil sambil melambaikan tanganya
padaku.
“Huffh, nasib nasib… mana Dad gak bisa jemput. Pak Kevin
masih sakit. Aku harus pulang naik taxi lagi.” Keluhku.
Tiiiiiiiiiin!!!! Bunyi klakson mobil di belakang mengagetkan
ku. Hampir jantung copot! -_- Mobil itu berjalan perlahan seperti mengikuti
langkahku.
“Hei, kalau jalan hati-hati.” Peringat seseorang dalam
mobil. Aku yang lagi bete, hampir naik darah. Mana lagi dehidrasi lagi. Aku
menoleh menghadap kaca mobil itu sambil berteriak mencoba mengalahkan angin
yang kencang.
“Maaf, saya tau saya salah.” Aku mencoba membela. Ketika
kaca mobil itu turun perlahan, muncul wajah seseorang yang membuatku
membelalakan mata.
“Eh Elo?? Chisel kan?” Tanya orang itu.
“Lahh, ketemu lagi ama ni orang. Ya Tuhan, mengapa hidupku
menderita seperti ini.” Ratapku. “Iya.” Jawabku.
“Mau ke mana? Gue antar yuk?” tawar Bryan. “Eh, enggak usah.
Aku bisa naik taxi.” Aku mencoba menyela. “Yakin? Gerimis loh. Taxi nya juga
penuh tuh.” Benar apa yang dikatakan Bryan. Tiba-tiba hujan mengguyur dengan
perlahan. Baiklah, aku menyerah. Ku iyakan ajakanyya. Hitung-hitung hemat. :D
***
“Shel, temenin gue
lunch dulu mau gak? Kebetulan ada Foodcourt dekat sini.” Bryan bertanya padaku.
Sebenarnya kalau boleh jujur nih ya, pengen cepat-cepat pulang. Soalnya Mom
udah nge-bell (*miscall) sampai lebih dari 10x. ^^” Tapi sebagai ucapan
terimakasih, aku mengangguk.
Selesai makan, aku
izin ke toilet sebentar. Sebenarnya sih untuk nge-cek Hp sebentar. Ketika
keluar dari toilet, aku menabrak seseorang di depan. Beruntung, Hp sudah
selamat di dalam tas.
“Aduh, maaf ya maaf banget!” aku benar-benar merasa ceroboh.
Aku mencoba melihat orang yang kutabrak tadi. Dan ternyata……
“Huhh, iya deh enggak papa. Cuma lengan gue keseleo nih!”
ringsinya. Biar kutebak, pasti lengannya membentur tembok. -_-“
“Loh, dia kan……” aku mencoba mengingat. Namun aku tidak tau
siapa namanya. “Eh, Chisela kan?” tanyanya persis seperti Bryan tadi. “Heheh,
iya, kamu kan…”
“Shane, Shane Filan. Kamu ngapain di sini?” tanyanya
kembali. “Lagi Lunch.” Jawabku.
“Sendirian?” Shane curiga. Dia seperti kenal dengan
seseorang yang sedang duduk di sana. “Sama dia?” tunjuk Shane “Iya, benar. Sama
Bryan.” Jawabku.
Shane telihat kaget mendengar nama itu. Dia hanya diam.
“Hei, kamu gak papa kan?” aku mencoba memastikan gelagatnya.
Aneh sekali.
“Oh, ehm, tidak. Tidak papa. Baiklah, aku harus segera
pergi. Salam buat Bryan ya.” Ucapnya datar. Shane segera berkilah bergegas
pergi memutar arah. Sejenak kurasakan keganjalan tingkahnya tadi.
“OOhh, jadi namanya Shane. Nama yang unik.” Ucapku
tersenyum.
***
“Thanks ya, atas
bantuannya tadi. Maaf jika merepotkanmu.” Ucapku pada Bryan. “It’s okay. Thanks
juga sudah nemenin gue lunch. Hari ini gue tidak keliatan kayak orang Jomlos
(*Jomblo Sejati).” Cengir Bryan. “
“Oh iya, tadi ada yang nitip salam. Namanya… aduh lupa lagi!
Oh iya, Shane! Shane Filan, benarkah? Sepertinya kamu kenal dengannya.” Ucapku
sebelum turun dari mobil. Tak jauh dari kelakuan Shane, Bryan tiba-tiba juga
terdiam mendengarnya. “Shane? Oh ya, baiklah. Aku memang mengenalnya. Dengan
baik.” Bryan buru-buru memperjelas ucapannya seolah tidak ingin membuatku
curiga. “Baik, sekali lagi terimakasih.” Aku menutup pintu mobil dan di depan
sudah ada Mom berdiri. “Dear, kok lama sekali?? Mom khawatir. Mom kira kamu
nyasar.” “Hahaha, mom, aku kan sudah dewasa. Pasti bisa jaga diri baik-baik
kok. Tenang saja.” Aku mencoba memupuk rasa cemas Mom. “Baiklah, cepat ganti
baju dan segera istirahat. Dad akan mengantarmu untuk les piano.” Perintah Mom.
“Baik, Mom.”
Aku berjalan
perlahan menuju kamar sambil berpikir atas kejadian tadi. Dua orang yang
sama-sama baru ku kenal dengan tingkah laku aneh ketika kusebutkan nama dari
salah satu mereka. Sebenarnya ada apa sih? Baiklah, dari pada pusing mikirin
yang tadi, aku segera melompat ke kasur untuk beristirahat dengan perasaan
menggantung.
***
Nah loh! Ada apa
itu antara Shane dan Bryan??? Kok tiba-tiba jadi aneh ya? Chisel aja pusing
mikirin nya. Hhihih :D mau tau kelanjutannya kan?? Apa sih yang sebenarnya
terjadi antara mereka?? Ikutin terus ceritanya ya.
Part 5. menyusuuuuuuul, bubbaaaay!! ;)
Thanks before, Bella